“Kal, rumah lo dimana dah?” tanya Kya sedikit teriak karena suara kendaraan yang berlalu lalang sangatlah kencang.
“Sebentar lagi sampe kok, deket pertigaan belok kanan” balas Kala tak kalah kencang.
Motor itu berlalu dengan kecepatan normal, sesekali sedikit menyalip kendaraan lainnya agar lebih cepat sampai, tak lama motor itu berhenti tepat didepan sebuah rumah dengan pagar putih dilengkapi interior-interior cantik lainnya, banyak sekali tanaman-tanaman hias, yang Kya yakin pasti pemiliknya adalah ibu dari Kala.
“Ibu lo suka koleksi tanaman hias juga ya Kal?” Tanya Kya tiba-tiba seraya menyentuh beberapa helai daun dari tanaman aglonema.
“Iya, suka banget ini ga seberapa, di rumah yang lama lebih banyak lagi” ucapnya. Kala lalu berjalan menuju pintu rumah, mengambil kunci dari kantong celananya dan membukanya perlahan.
“Yuk masuk, tenang ada ibu kok dirumah”
Setelah mereka masuk, mereka dikejutkan oleh sapaan seorang wanita.
“Eh, kamu udah pulang” ucap sang ibu, dari arah kamar berjalan menuju mereka berdua. “Ini siapa?”
Kya menyalami tangan ibu Kala,“Kya tante” ucap Kya.
“Ah, kya... cantik” ujar sang Ibu, lalu mempersilahkan Kya duduk.
“Loh bu, Tania mana?” tanya Kala yang baru saja keluar dari sebuah kamar terlihat mencari sesuatu.
“Oh...dia lagi dirumah tante lagi main”
“walah, dari tadi kucariin, ternyata lagi pergi”
Sang ibu terkekeh kecil, lalu tak lama kembali menyadari ada Kya disini. “Eh iya ada apa nih kesini?”
“Ini loh bu, yang kemarin aku ceritain tentang kontes masak, ini yang jadi partner ku nanti” jelas Kala.
Sang ibu mengangguk paham. “Terus kalian mau masak apa?” Hanya gelengan kepala yang bisa mereka berikan.
Sang ibu tampak berpikir. “Gimana kalo ayam bakar taliwang?” Seakan mendapatkan jawaban yang memuaskan Kala langsung mengangguk setuju. “Boleh bu, boleh banget!!” Ucapnya antusias.
“Kalo Kya, gimana?”
Yang ditanya hanya bisa mengangguk “kya, ikut aja tan”
“Sip deh, sekarang tinggal kita eksekusi aja di dapur” kata sang ibu, lalu segera pergi menuju dapur.
“Ayam bakar taliwang ibu itu enak banget, makanya gue langsung setuju pas dia usulin itu” ujar Kala sedikit berbisik lalu pergi mengikuti ibunya. Tak sadar, Kya tersenyum dengan perkataan Kala tadi.
***
“Kala tadi bilang, kalau kamu belum bisa masak?” Tanya tante Kayla—ibu Kala.
“I-iya tan” jawab nya sedikit canggung
“Gapapa, tante ajarin sampe bisa tenang”
“Makasi tante”
Kegiatan masak memasak pun di mulai, Kya memulai dengan memotong-memotong bahan-bahan untuk bumbu yang diperintahkan oleh Kayla. Kala memotong ayam sebagai bahan utama dalam masakan, sedangkan Kayla hanya memberi arahan kepada mereka, walau sedikit gemas karena dua anak remaja itu sedikit lambat.
“Ayo cepet, kalo lomba pasti ada waktu kan gunain waktu seefisien mungkin” ujar Kayla
Setelah semua bahan siap, Kya mulai menyalakan kompor dan menuangkan minyak ke penggorengan, kali ini dengan lebih hati-hati. Lalu memasukkan bumbu yang sudah ia buat untuk ditumis
“Kal, ini semuanya?” Tanyanya dengan tangan yang masuk setia memegang mangkuk berisi bumbu mentah”
“Iya masukin aja semua.” Lelaki itu sedang sibuk memotong ayam lalu melumurkan sedikit perasan jeruk dan garam ke ayam yang sudah di potong. Lalu ia menyiapkan panggangan.
“Ky, tolong ambilin itu” menunjuk ke sebuah pencapit.
Ketika kala sedang asyik membolak balik ayam, terasa bau tidak enak, seperti bau.. bau gosong. Waktu Kala menoleh benar bumbu yang Kya tumis sudah setengah gosong, Kala langusng mematikkan kompor.
“Heh, jangan bengong” ujar nya, membuat Kya terbelalak kaget
“Eh aah ya ampun anjir” seakan tersadar dari lamunannya Kya kaget sendiri melihat tumisannya gosong. “Yah gosong...” ucapnya pelan
“Yaudah gapapa, eh ambil kuas ky”
“Kuas? Kuas buat apaan kan ga lagi ngelukis” tanya Kya heran.
“Bukan kuas gituan anjir, itu tuh kuas itu buat ngoles bumbu ke ni ayam” jelas Kala lalu menunjuk ayam yang sedang di panggang
Setelah yakin, ayam matang dan bumbu sudah meresap dengan sempurna, Kala lalu memindahkannya ke piring, tak lama sang ibu kembali ke dapur yang sebelumnya sedang menerima telepon dari teman jauhnya. “Udah mateng Kal?”
“Udah bu, terus ini udah?” Tanyanya.
“Satu lagi, kasih perasaan jeruk nipis, biar lebih seger” ucap sang ibu.
Setelah semua selesai, mereka sudah berada di meja makan, dengan Kayla—sang ibu menjadi juri dadakan. Walaupun hampir seluruh langkah-langkah ia awasi, tetap saja ada rasa yang berbeda.
“Agak aneh ya, em apa ya yang kurang” tanyanya heran pada diri sendiri.
“Em, anu tante itu tadi bumbunya sedikit gosong, hehe” ucap Kya tiba-tiba. Seakan menjawab pertanyaannya ia langsung mengangguk dan kembali melanjutkan makanannya.
“Udah enak kok, tapi ya karena bumbu gosong, jadi rasanya agak aneh” jelas Kayla setelah selesai makan. “Tapi buat pemula kayak kya, bisa buat bumbu kayak gini udah bagus, walau masih tante bimbing, nanti tinggal kita asah sedikit lagi, kuncinya Kya harus berani nyoba hal baru, udah itu aja”
Kya hanya tersenyum menanggapi “ iya makasih banyak tante”