Sekarang, kita ini satu.”

“Hasan datang!!!” ujar Hasan kala sudah berhasil masuk ke dalam kamar Marvel. Aroma makanan kini menyeruak memenuhi indera penciuman Hasan.

“Masih nggak percaya?” tanya Marvel sinis pada Hasan. Hasan terkekeh kecil, menggaruk rambutnya yang tidak gatal sembari mengangguk-angguk pelan, “Percaya kok bang.”

“Yaudah sini makan,” ajak Renjana cepat.

Makanan telah tandas tanpa sisa, menyisakan tujuh orang yang kini tengah kekenyangan. “Kenyang banget,” keluh Hasan. “Lagian makan banyak banget sih,” ketus Nanda yang sekarang baru kembali dari balkon untuk menghirup sedikit udara segar.

“Khilaf.”

Candra terkekeh kecil mendengarnya, sebenarnya keadaan dia tidak jauh berbeda dengan Hasan, tengah terduduk dengan posisi sedikit lebih menyender pada sofa sembari mengelus-elus perutnya yang sekarang sudah mengeras, penuh terisi makanan.

“Nggak usah ketawa, ketawa lo jelek,” protes Hasan.

“Udah-udah, sekarang mending lo lari-larian aja,” ujar Jevana.

“Muntah bego,” jawab Hasan makin sewot berbanding terbalik dengan Candra yang semakin tertawa geli.

Sedangkan Renjana dan Zefa, keduanya tengah duduk di balkon depan, menikmati pemandangan kota Bandung di malam hari itu ikut tertawa mendengar keluhan Hasan sedari tadi.


Sekarang ketujuh pemuda itu kembali berkumpul di dalam ruangan, sebab udara yang semakin dingin membuat Renjana dan Zefa menggigil kedinginan dan memilih masuk untuk menghangatkan badan.

“Sekarang kita ini partner.” itu suara Marvel, sekaligus yang tertua diantara mereka. “Gue minta, kita harus kompak. karena kita ini sedang membawa banyak sekali harapan serta kepercayaan, jadi gue harap kita bisa jaga itu semua.”

Renjana mengangguk menyetujui perkataan Marvel barusan, “Iya bener, aku juga mau kita semua saling terbuka aja, kalau misal nanti ada yang nggak ngerti atau apa, langsung bilang aja ya? kita ini satu dan akan terus begitu sampai perlombaan ini selesai. nggak ada yang lebih sendiri ataupun kurang sendiri. harus saling kerjasama ya?”

Jevana mengangguk-angguk, “Iya jangan egois.”

“Jadi minta tolong kerjasamanya ya, teman-temanku sayang,” ucap Hasan setelahnya.

“Buat Zefa sama Candra, jangan sungkan buat tanya-tanya pelajaran yang nggak kalian ngerti ya,” lanjut Renjana lagi.

“Siap abang!” jawab Candra cepat.

“Pasti! makasih abang.” jawab Zefa juga setelahnya.

Malam itu tujuh pemuda yang baru saja saling bertatap muka sudah saling membagi tawa satu sama lain. seraya mengakrabkan diri karena setelah saat ini mereka akan terus bersama sampai dua bulan ke depan.

Semoga kali ini perjalanan mulia yang sedang mereka lalui direstui Tuhan, agar semua harapan yang sedang mereka pikul dapat mereka lepaskan dengan hati yang berbahagia.