.

disinilah mereka, pantai. Atas permintaan Ale yang ingin ke pantai, Resha langsung meluncurkan sepeda motornya itu menuju pantai.

Jalanan cukup senggang sehingga mereka lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Ale segera berlari menuju ujung pantai membasahi kaki dengan air laut yang sedang pasang.

“Masih marah?” tanya Resha tiba-tiba. “Enggak”

Resha mendudukkan diri di pasir putih menatap Ale yang masih bermain air. Rambutnya yang berterbangan akibat angin yang menerpa, membuatnya lebih menawan. Tak lama yang di pandang menoleh, memberikan seulas senyum lalu duduk disamping Resha.

“Makasih res” ucapnya tiba-tiba. “Buat?”

Ale terlihat berfikir, “semuanya?” Jawabnya. “Emang gue ngelakuin apa aja buat lo hah?”

“Ga bisa serius banget si lo” ucapnya. Resha terkekeh. “Iya iya”

“Ya buat lo yang waktu itu nganterin gue balik, buat lo yang udah jagain Tata, jagain gue juga si... terus buat yang tadi, walaupun gue kesel tapi gue seneng” jelasnya.

Resha tersenyum, tangannya terulur mengambil lengan gadis disampingnya. “sama-sama” ucapnya. “Tapi setelah apa yang gue lakuin buat lo, apa lo masih gak ngerasain apa-apa ke gue?” Lanjutnya lalu menempelkan telapak tangan Ale pada dadanya.

Degupan jantung yang keras cukup terasa buat Ale. “Gue deg-degan banget kalo lagi sama lo” katanya lagi. “Lo ngerasain juga gak waktu sama gue?”

Ale hanya bisa menatap Resha dalam, jantungnya mulai berdetak tak karuan, ada debaran yang tak bisa ia jelaskan dan baru ia rasakan sekarang, bersama resha.

Ale menelan salivanya kasar. Tak bisa berkata-kata sebab seperti ada yang mencekat suaranya untuk keluar.

Resha tersenyum melihat Ale, “enggak apa jangan di paksa, tapi kalo lo udah suka sama gue bilang ya” Ale hanya mengangguk, “i-iya”.

Suara telepon memecah kegiatan mereka yang sedang menatap beberapa keluarga yang sedang bermain air, Resha segera mengangkat telepon itu dan suara suster keluar mengapa pendengarannya.

“ya saya kesana sekarang” ucapnya dengan nada khawatir yang tak bisa lagi ia sembunyikan.

“Kenapa Res” tanya Ale penasaran akan berubah nya raut wajah Resha.

“B-bunda, b-bunda kritis..” tangisnya pecah. “Le gue duluan ya, nanti gue suruh Attar buat jemput lo” setelahnya Resha berlari secepat mungkin menuju motor nya dan melajukan ke rumah sakit.