Perpisahan

“Zefa!!!!” teriak Hasan saat melihat sosok yang tidak asing baginya sedang duduk bersama perempuan yang pasti adalah ibu dari Zefa. Zefa menoleh, wajah terkejutnya tidak bisa disembunyikan lagi. dengan cepat ia segera berlari menghampiri kelima abangnya.

“Loh abang dateng ke sini?!” tanyanya kaget. “Surprise!!!” teriak mereka bersamaan. Zefa tertawa lalu memeluk Marvel yang sudah membentangkan tangannya.

“Dateng dongg, masa adek abang yang paling lucu ini mau pergi jauh terus lama lagi, abang nggak anter?” Zefa tertawa lalu mengangguk. “Soalnya kemarin nggak ada yang balas pesan Zefa, jadi Zefa kira abang belum pada baca. by the way nggak lama kok, cuma tiga tahun aja.”

“Itu lama ya bocah!” protes Hasan yang segera memeluk Zefa tanda perpisahan. “kalau masalah nggak jawab di grup, maaf ya? abang shock aja bacanya terus langsung mikir gimana caranya harus ketemu Zefa sebelum Zefa pergi jauh.” Zefa tersenyum lalu mengangguk, kemudian mengeratkan pelukannya pada Hasan.

Setelah mereka bergantian memberi pelukan, setelahnya pula pengumuman bahwa pesawat Zefa akan segera berangkat, membuat percakapan mereka terpaksa selesai lebih cepat dari perkiraan.

“Buat kenang-kenangan. kalau kangen kita dan kalau kita nggak bisa di telepon. Zefa curhat ke dia aja. dia itu pendengar yang baik loh,” ujar Nanda memberi sebuah kotak yang entah isinya apa. Zefa mengangguk air matanya sudah keluar lagi.

“Makasih abang, Zefa berangkat dulu ya!”

“Dadah sayang! sampai jumpa tiga tahun lagi!!”

Zefa mengangguk seraya menghapus air matanya. “Dadah!!”