O72

Perempuan itu sedikit berlari untuk keluar dari komplek perumahan yang ditempati oleh sahabatnya itu, berniat mencari kendaraan umum, sebab semua fasilitas yang ia punya tidak ia bawa tempo lalu, hanya membawa sebuah ponsel juga dompet.

Aruna terlihat panik, sebab waktu semakin berjalan, ia sangat takut bila baru ingin interview tetapi sudah di tolak akibat ketidak disiplinanya itu.

“Ck, mana sih kok nggak ada ojek sama sekali,” gerutunya sembari melihat ke kanan dan kiri jalan, siapa tahu ada sebuah kendaran umum yang melewatinya.

“Sama gue aja yuk.” Aruna sedikit terkejut mendapati Arya yang sudah berada di depannya dengan motor mio hitam milikknya, dengan balutan jaket biru dan celana krem pendek ia tersenyum menatap Aruna. “Udah jam segini, nggak takut telat?”

Aruna memutar bola matanya malas, sebenarnya ia sangat malas bila harus berurusan dengan mantannya itu, tapi karena terikat waktu apa boleh buat, mau tidak mau ia menerima ajakan mantannya itu.

Sedikit menjaga jarak antara tubuhnya dengan Arya membuat lelaki itu sadar. “Jangan jauh-jauh duduknya nanti kalau gue ngebut lo jatuh,” ucapnya dengan sedikit teriak. Membuat Aruna sedikit memajukan tubuhnya mengikis jarak diantara mereka.

Lalu tidak lama kemudian ia terkejut dengan perlakuan Arya yang mengambil sebelah tangannya untuk memegang ujung baju putih miliknya, “Pegangan nanti jatuh Run.”

Bila saja Aruna tidak membutuhkan tumpangannya mungkin sekarang sudah satu pukul ia layangkan pada tubuh lelaki itu. Lantas ia menarik tangannya dari genggaman Arya dengan kasar. “Gue bisa sendiri,” ucapnya dingin. Membuat Arya sedikit mengulas senyum.

Aruna lihat, hatinya menghangat tapi ia tidak bisa melupakan kejadian empat tahun lalu yang membuatnya sengsara seperti pengemis cinta yang tidak tahu malu.

Sepeda motor Arya sampai tepat pada bangunan bernamakan Juni’s Cafe. Segera ia turun dari duduknya dan menghadap Arya dengan tatapan dingin, “Makasih tumpangannya.”

Arya mengambil alih helm yang berada di tangan Aruna seraya berkata, “Sama-sama, mau gue jemput gak nanti?” pertanyaannya langsung mendapat gelengan dari Aruna, “Gak, gak usah. Gue bisa sendiri.”