Kebenaran

Pemandangan sore itu terlihat lebih indah dari biasanya. Ale hanya menatapnya dalam diam di teras rumah. Tak lama Resha datang membawa dua cangkir teh lalu memberikan satunya kepada Ale.

“Lucu ya.” Ucap Resha lalu terkekeh, duduk disalah satu bangku yang ada diteras seraya meminum tehnya. Ale menoleh kepada Resha ikut duduk disamping pria itu. Tak berniat bicara karena ia masih terus bergulat dengan pikirannya sendiri.

“Bisa-bisa setelah empat belas tahun gue baru inget kalo gue punya kakak” ujarnya lalu ikut meneguk secangkir teh itu juga.


sebelumnya

“PAPA?!” Ucap Resha sehabis dari kamar mandi. Yang di panggil pun menoleh dan tak kalah memberikan ekspresi kaget itu juga kepada Resha.

Resha berjalan, kearah Tama— papanya. “A-aresha?” Ucap papanya sedikit terbata karena gugup yang melanda.

Mata Resha bergantian menatap Tama dan Ale disampingnya. Lalu ia terkekeh seraya menghapus air matanya yang sudah tak terbendung lagi. “J-jadi dia Alena... adek aku?” Ucapnya dengan mata yang setia menatap Ale yang sedang kebingungan di tempatnya.

“Maksudnya apa si?” Ujar Ale. “Pah! Papa kenal sama Resha? Adek? Adek siapa?” Lanjutnya. “Ale engga paham”

Tama menoleh menatap putrinya itu, mengelus surainya lembut dan mengangguk “iya kenal, dia.. kakakmu Le”

Rasanya seperti ada batu yang menghantam tubuh Ale sekarang, kenyataan apa ini? Apa mereka sedang mempermainkanku? batinnya.

“Pah jelasin maksudnya apa” ujar Ale dengan nada yang sedikit bergetar sedangkan Resha masih setia berdiri di depan Tama.

“Empat belas tahun lalu, ayah bercerai sama mamamu, Ayah punya dua anak kamu dan Resha. Resha ikut mama sedangkan kamu ikut papa dan setahun kemudian papa menikah lagi dengan mama Tania.” Ujarnya.

“Terus kok Ale bisa ga inget kalo Ale punya kakak dan mama?”

“Setahun setelah papa menikah, kita pergi untuk liburan dan tanpa diduga kita mengalami kecelakaan mobil dan akibat dari kecelakaan itu.. ingatanmu tentang masa lalu hilang dan ingatan yang tersisa hanya dari saat acara ulang tahun ke tujuhmu waktu itu” lanjut Tama. “Dokter tidak menyarankan untuk membuat kamu ingat lagi dengan masa lalu dimana ingatanmu tentang kakak dan mama berada karena akan berdampak untuk kesehatan kamu waktu itu Le”

Air mata Ale seketika turun, ia baru sadar bahwa seseorang yang telat pergi dua minggu yang lalu adalah ibu kandungnya. Mamanya yang selama ini telah terpisah dengannya sejak empat belas tahun.

“Papa sudah berusaha mencari Resha dan mama, tapi semua hasil nihil karena waktu itu mama dan Resha pindah keluar kota. “

Tangis Ale semakin menjadi. Setelah belasan tahun ia baru tahu bahwa mama yang selama ini ia anggap ibu kandungnya ternyata ibu sambungnya? Dan ibu kandungnya sudah pergi sebelum bertemu dengannya? Dan ternyata juga seseorang yang sudah mengisi hari-harinya hampir dua minggu belakangan nya ini adalah... kakaknya? Benar-benar gila.


“Bener-bener lucu selama tujuh tahun kita temenan, gue baru sadar kalo lo itu Alena adek yang gue sama bunda cari-cari selama ini” ujar Resha. “Bunda pasti seneng anak perempuannya udah tumbuh besar dan jadi perempuan yang cantik. Dan gue bar sadar ternyata semakin gue liat.. lo semakin mirip bunda Le”

Ale menghela nafasnya pelan. Masih mencoba menerima. “Jadi kita beneran adek kakak ya Res?” Tanyanya lagi dengan nada lemah.

“Abang” ucap Resha membuat Ale mendengus kesal. “Iya iya abangg!”

Resha terkekeh. “Iya, takdir lucu ya? Baru aja kita jalanin hubungan sebagai kekasih,baru aja seneng-seneng eh ternyata yang jadi pacar gue, adek gue sendiri” jelasnya lalu menatap Ale. “Tapi sama aja kok gue bisa terus jagain dan sayangin lo terus Le...tapi sebagai kakak”

Ale tersenyum, “siap abang ku yang paling ganteng!”

Setelahnya mereka tertawa bersama, mencoba menerima takdir yang diberikan tuhan bahwa tak selamanya berjalan sesuai rencana mereka.

Karena tenyata ada takdir yang lebih baik dan indah yang menunggu mereka.

Hubungan yang lebih abadi, sebagai seorang kakak dan adik.