“Kak Cakra apa kabar?”
Apa yang diharapkan dari bocah sepuluh tahun yang untuk mengerti soal hidup aja masih remidi. hatiku hancur, begitu hancur saat itu. saat dimana duniaku pergi, saat dimana satu-satunya harta berharga yang harus ku jaga sebaik mungkin itu pergi secara tiba-tiba.
Kak Cakra, kakak kesayangan Isel sekarang lagi apa? Sudah ketemu bunda sama ayah?
“Isel saat itu masih kecil banget ya kak? belum ngerti sedihnya kakak, belum ngerti capeknya kakak, belum ngerti apa saja yang sudah kakak lalui. sampai-sampai kakak nyimpan semua sendirian.”
“Kalau diingat-ingat Isel dulu nyusahin ya? selalu minta kakak temani tidur, temani belajar, temani main, padahal kakak udah capek banget sama tugas dan kerjaan kakak.” monolog perempuan yang kini tengah terduduk di lantai dengan bersandar pada pintu coklat yang sudah sedikit reyot itu dengan tangannya menggenggam sebuah foto dua insan yang tengah memakan sebuah permen kapas di pasar malam dengan senyum yang begitu lebar
Kakak disana bahagia nggak? udah nggak capek kerja lagi ya, disana pasti udah banyak makanan enak dan kakak tinggal duduk manis dan semua tersedia, ya kan?
Kakak pasti sekarang lagi liat Isel berjuang sendiri di dunia, sambil senyum terus bilang, Adik kakak pinter banget sih? kuat banget hatinya kayak baja, hebat.
Kak, Isel rindu, rindu senyum manisnya kakak, rindu suara kakak yang selalu berhasil bikin Isel tenang, kangen pelukan hangat kakak di malam hari kalau Isel lagi kedinginan. Isel rindu pundak kakak yang selalu bisa Isel jadiin tempat Isel bersandar kalau dunia sedang jahat sama Isel.
Kak...sekarang pundak siapa yang harus Isel jadikan tempat bersandar? siapa yang harus Isel jadiin tumpuan hidup Isel? karena sejauh ini, selama ini Isel belum nemuin lagi tempat untuk Isel bisa mencurahkan isi hati selain sama kakak.
Kakak jangan sedih kalau lihat Isel nangis di kamar sendiri ya? Isel cuma butuh menyuarakan isi hati agar bisa lega. maaf kalau Isel gagal nepatin janji untuk jadi perempuan yang kuat untuk diri Isel sendiri.
Karena kak, ternyata dunia tidak sebaik itu, tidak seaman itu. Isel nggak kuat. maaf. maaf untuk kesekian kali karena Isel harus kembali menangis seorang diri.
Isel capek, mau nyusul kakak aja rasanya. tapi nanti kakak kecewa.
Kak, sekali aja, tolong datang ke Isel ya? Isel mau tidur Isel kali ini, Isel bisa ketemu kakak, bisa peluk kakak sekuat yang Isel bisa agar kakak tau kalau Isel bener-bener rindu sama kakak.
Hujan yang turun saat ini, seperti menjadi saksi bisu tangis perempuan yang hatinya tengah dilanda rindu, yang raganya telah lelah dengan semua cobaan hidup yang harus ia lalui seorang diri, tanpa seseorang yang menemani. karena janji untuk menjadi perempuan kuat pada sang kakak ada alasan ia masih bertahan disini