Hujan
Langkahnya tergesa-gesa, tak peduli seberapa basah tubuhnya akibat hujan yang sedang turun sekarang. Matanya mencari-cari seseorang yang membuatnya sekhawatir ini.
Sedang apa dia malem malem disini? Batinnya Matanya tetap mencari sampai pada netranya menemukan seseorang yang sedang di cari, sedang berjongkok di depan sebuah ruko yang sudah tutup, dengan baju lengan pendek bewarna putih yang sudah basah juga membuat pakaian dalamnya sedikit terlihat.
“bangun Le”. Yang di panggil mengangkat kepalanya, dan tanpa aba-aba ia langsung memeluk Resha erat. Dan menangis.
“Eh lo kenapa?!” Tanya Resha panik. Tangan nya mencoba membuka pelukan Ale tetapi tenaga Ale terlalu kuat. Akhirnya ia menyerah dan beberapa saat kemudian tangannya terangkat mengelus surai rambut hitam milik Ale yang sudah basah mencoba menenangkannya.
Sekiranya sudah tenang ia mencoba kembali membuka pelukan Ale. “Ke kafe dulu yuk?” ajaknya. ia tak mungkin membawa Ale pulang dengan keadaan berantakan seperti ini bisa-bisa tantenya semakin khawatir. Ale hanya mengangguk dan berjalan bersama Resha di bawah payung yang sama.
“Jadi tadi lo lagi jalan sama Dafa?” Tanyanya memastikan.
Ale mengangguk, “iya terus tiba-tiba ada yang telp dia dan terus ya dia tiba-tiba suruh gue turun padahal itu kondisi ujan lagi deres banget” ucapnya. “ternyata yang telp dia itu pacarnya” lanjutnya.
Resha membulatkan matanya tak percaya. “Jadi dia udah punya pacar?”
“Iya, gue juga baru tau pas dia bilang”
“Kapan bilang nya?” Tanya Resha penasaran.
Ale menunjukkan ponselnya kepada Resha, “ini barusan” ucapnya dengan nada sendu.
Resha masih tak percaya, kalo Dafa tega meninggalkan seorang perempuan ditengah hujan deras, lelaki itu segera menyeruput teh hangat yang berada di depannya, segera ia membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah hoodie abu dan memberikannya kepada Ale.
“Pake” ucapnya Ale segera memakainya dan tanpa mereka sadari bahwa huja hampir reda.
“Mau balik sekarang?” Ale mengangguk.