#“bertahan ya bunda”

Di lorong rumah sakit yang sangat ia hafal, ia berjalan lemas dengan sebuah kantong plastik berisi buah-buahan yang ia beli sebelum ke rumah sakit, tempat yang sudah ia datangi lebih dari dua bulan belakangan ini.

Lavender 12 Dibukanya pintu biru dengan perlahan, kemudian menampilkan seorang perempuan di atas ranjang rumah sakit sedang terlelap dalam tidurnya dengan alat infus yang terpasang rapi ditubuhnya.

Berjalan pelan ternyata tak berguna, karena nyatanya ia tidak tidur. Hanya memejamkan mata.

“Baru pulang? Kok malem banget?” Ucapnya dengan nada lemah

“Iya bun, tadi Resha bantu-bantu pak Joko di bengkelnya dulu” ucapnya seraya memindahkan buah-buahan yang ia bawa ke dalam piring kecil disamping nakas sang bunda.

“Pulang dulu sana, istirahat, bunda gak apa-apa” “Enggak, Resha mau disini aja lagian dari sini lebih deket ke sekolah juga”

“Bunda mau pulang Res” “Bun, bunda masih sakit kata dokter tunggu minimal tiga hari lagi kan?” Ucapnya lembut. “Nurut ya bunda, Resha gak mau bunda sakit lagi nanti”. Tangannya terulur untuk memegang tangan sang bunda.

“Bukan pulang kerumah Res” “Terus?”. Tanya Resha yang masih setia mengelus lembut lengan bundanya seraya sesekali mencium tangannya. “Ke surga”. Ucapan itu membuat Resha mematung dan segera menoleh ke arah lain memunggungi sang bunda demi menutupi air matanya yang akan mengalir.

“Bunda capek Res, capek” helaan nafasnya terdengar, membuat dada Resha semakin sakit. “Bunda juga tau kalo tante udah gak mau bantu biaya rumah sakit lagi, makanya kamu cari kerja part time kan?” Makanya kamu sering pulang sore bahkan malem dengan alesan dari bantu-bantu pak Joko.” ucap sang bunda lagi. “Bunda gak mau buat kamu repot Res, lebih baik bunda pergi bunda gak mau nyusahin Resha lagi”

Tubuh Resha bergetar, ia baru tau kalo sang bunda mengetahui apa yang ia lakukan dua bulan belakangan ini. Tapi kenapa bundanya malah ingin pergi sedangkan dialah alasan Resha bertahan, dialah harta satu-satunya yang ia punya, Satu-satunya tempat ia bernaung, dan satu-satunya tempat ia pulang. Dan sebisa mungkin Resha harus menjaga itu.

Malam itu adalah malam sendu untuk Resha dan bundanya.

Bertahan ya bunda — Aresha