#“aw!”

Brak “Aw” pekik Ale yang sudah tersungkur di jalanan, telapak tangan yang menopang tubuhnya memerah lalu seperkian detik mulai mengeluarkan cairan merah hangat, sedangkan seseorang yang menabraknya terpental tidak jauh dari tempat ia terjatuh.

Ale sedikit berlari menghampiri pria itu, terdengar sedikit lirihan kesakitan dari pria tersebut.

“Lo gak papa?” ujarnya yang masih berusaha mengeluarkan tissue dari ranselnya.

“Loh Ale?” Ucapan itu membuat Ale segera melihat ke arah pria itu, suara yang sangat ia kenal, Resha.

“LOH RESHA?” Reflek segera ia mengecek keadaan Resha melihat apakah ada luka yang menodai tubuhnya atau tidak, matanya terlihat panik, tangannya masih setia mengecek setiap detail tubuh pria itu. Sampai pada akhirnya genggaman tangan Resha menghentikan aktivitasnya.

“Lebih baik lo obatin dulu luka lo ini” ucap Resha seraya menunjuk luka di telapak tangan Ale, segera ia mengeluarkan sekotak obat yang selalu ia bawa jaga-jaga bila terjadi hal seperti ini. “maaf”

Pria itu menunduk merasa bersalah dengan apa yang ia buat, “anjing”. Tatapan Ale menajam ke arah Resha, membuat ia sadar bahwa ia telah membuat kesalah pahaman.

“M-maksud gue itu karena tadi ada anjing lepas Le, reflek gue lari dan ya gue gak liat lo di depan gue” ujar Resha menjelaskan. Ale hanya mengangguk ia tahu bahwa Resha memang takut dengan anjing. “yaudah gak apa-apa, udah kejadian juga”

“Lo ngapain disini?” tatapan Resha kembali mengamati tempat dimana sekarang mereka berada, ya, halte bus.

“Gak ada yang nganter”. Bunyi klakson bus membuat obrolan itu secara terpaksa terputus, segera mereka naik karena jam sudah menujukkan pukul 06.20 yang artinya tinggal butuh 10 menit lagi untuk sampai ke sekolah.