Anak hebat, bertahan sedikit lagi ya untuk ketemu bahagia

Brak

Ponsel hitam milik Candra dengan sempurna terlempar ke lantai dingin kamar.

“Candra cuma butuh perhatian….” lirih pemuda itu pelan seraya meringkuk di samping ranjang miliknya. menenggelamkan kepalanya di antara lutut yang ia rapatkan. “tapi kenapa kalian nggak pernah ngerti.”

Renjana yang baru saja selesai buang air kecil di kamarnya terkejut mendengar bunyi benda jatuh dari kamar Candra. rasa khawatir yang melanda membuat ia segera menghampiri kamar tersebut, mencari tahu asal sumber suara itu.

“Candra?” ujarnya sedikit terkejut melihat keadaan Candra yang jauh dari kata baik-baik saja. pipi pemuda itu sudah sangat basah oleh air mata, matanya bengkak, hidungnya memerah. dan tubuhnya gemetar.

“Ya Tuhan kamu kenapa?” tanya Renjana yang langsung merengkuh tubuh itu. didekapnya erat tubuh adiknya itu, “Candra kenapa?” tanyanya lagi seraya mengelus punggung Candra pelan.

“Cup-cup, udah udah.” atensi Renjana berpaling pada ponsel Candra yang tidak hentinya berbunyi. “itu siapa? kok nggak diangkat?”

Candra menggeleng, “Nggak abang, jangan…” Renjana mengernyit, “Kenapa?” “Itu ayah sama ibun, Candra barusan abis ngeluarin apa yang ada di hati Candra, Candra abis bersikap kurang ajar tadi abang, Candra takut….” getar pada tubuh Candra semakin kencang membuat Renjana kewalahan, juga tangis Candra yang kian terdengar begitu perih di telinga Renjana.

Tangan Renjana mengambil alih ponsel itu, mematikannya untuk sementara agar Candra bisa tenang terlebih dahulu. “Udah, udah abang matiin, sekarang Candra berhenti nangisnya ya?” nggak apa-apa semua akan baik-baik aja.”

“Candra takut…Candra takut abang….” Hati Renjana begitu perih melihat Candra sekarang, tangannya masih setia mengelus punggung Candra berharap lelaki itu bisa tenang dalam dekapannya. “Nggak, Candra punya abang, Candra nggak usah takut ya? ada abang disini, ada abang yang akan lindungi Candra dari siapapun itu.”

“Sekarang Candra istirahat aja ya? kasian matanya pasti capek banget dia abis ngeluarin banyak air mata, kasian juga hatinya pasti capek nahan lelah, istirahat ya? biar abang yang bilang ke pak Theo kalau Candra hari ini izin kelas dulu.”

Candra mengangguk, lalu ia berjalan menuju ranjangnya tentu saja dibantu oleh Renjana sebab untuk saat ini membawa beban tubuhnya saja ia tidak sanggup, ia terlalu lemas seakan baru saja melakukan sesuatu yang begitu besar.

Ya sebenarnya yang sedang ia alami juga besar, ia baru saja mengungkapkan isi hati yang selama ini hanya tertanam dalam diri, tidak pernah ia keluarkan walau hanya sedikit, ia terlalu rapi menyimpan semuanya.

Sekarang Candra hanya ingin setelah ini semuanya bisa berubah. berubah kearah yang lebih baik. ia harap ayah dan ibunnya mengerti kalau yang ia butuh bukan hanya sekedar materi melainkan juga kasih sayang.

“Anak hebat, anak kuat bertahan sedikit lagi ya buat ketemu bahagia,” ucap Renjana tulus sembari mengelus pucuk kepala Candra, menuntunnya agar segera pergi ke alam mimpi.

“Candra itu yang paling keren, kesayangannya abang nggak boleh cengeng.” ucap Renjana setelah Candra terlelap, ia mengecup kening Candra singkat, lalu tersenyum. kemudian netranya menatap ponsel Candra yang berada di lantai.

Ia menghela nafasnya kemudian setelah beberapa menit ia mengambil benda pipih itu, menyalakannya kembali.