Abang

“BANG RENJA!!!!”

“BANG LIHAT KITA BAWA APA!!”

Jevana dan lainnya hanya tertawa melihat betapa hebohnya Candra dan Zefa yang berebut menghampiri Renjana sambil membawa medali serta piala. kini makam Renjana terlihat ramai karena orang tua mereka semua ikut berziarah ke makam seorang pemuda yang begitu disayang oleh anak-anak mereka. katanya, bang Renja itu malaikatnya kita.

“Hai bang,” ujar Nanda seraya berjongkok lalu mengusap nisan Renjana yang sudah diganti menjadi sebuah granit hitam dengan ukiran nama Renjana yang berwarna emas terlihat begitu cantik.

“Lihat nih, janji kita buat serius belajar akhirnya membuahkan hasil.” Marvel hanya diam mendengarkan monolog Nanda. ia ingin bicara juga namun ia tahu nanti suasana senang akan berubah menjadi sendu. yah, walau sebenarnya perihal Renjana akan selalu membuat hati mereka lemah.

“Coba lo di sini bang, pasti kita langsung pergi buat makan es durian yang lo pengenin itu, yang di deket pasar,” tambah Hasan yang ikut berjongkok di samping Nanda. “nanti kita beli sampe gerobak-gerobaknya, yang bayar bang Marvel hahaha.”

“Bang Renja tadi dateng ya ke perlombaan?” tanya Zefa. “tadi aku ngerasa ada abang kayak bisikin aku, Zefa jangan takut, ada abang disini. makasih ya abang, kalau abang nggak bilang gitu mungkin Zefa akan gemeteran sama kayak pertama kali Zefa nginjakin kaki di asrama. kalau nggak ada abang yang sapa dan nenangin Zefa saat itu, mungkin Zefa nggak akan seberani sekarang.”

“Bang, kok belum dateng ke mimpi aku sih?” timpal Candra. “aku kangen loh di peluk abang. nanti malem dateng ya! kasih aku selamat dong, curang masa aku doang yang ngasih abang selamat.”

“Bang… ah gue mau ngomong tapi semua yang mau gue omongin ke lo udah di ucapin semua sama para bocah ini,” ujar Jevana pura-pura kesal seraya meletakan sebuket bunga melati putih di atas makam Renjana.

“Bang Marvel nggak mau ngomong gitu sama bang Renja?” tanya Candra tiba-tiba. membuat Marvel yang sedari tadi melamun tersentak kaget, lalu menggeleng. “Udah kok.”

“Lah, kapan? perasaan tadi diem aja.” lalu Marvel mengangkat tangannya mengarahkan ke arah dada. “di sini, di dalam hati. biar lo semua nggak denger,” ucapnya dengan seringai senyuman jenaka, membuat Candra sedikit kesal melihatnya. “Curang!”

“Bodo, wle.” semua tertawa bersama. suasana ceria kembali bangkit dibuatnya. semuanya lalu terdiam, saling mengirim doa untuk pemuda yang kini tengah terlelap di bawah sana.

Setelah doa selesai. mereka kembali menegakkan kepala. menatap sekali lagi makam yang kini penuh dengan bunga. harum. “Bang udah sore, kita pulang dulu ya?”

“Abang ikut aja yuk kita pulang bareng-bareng.”

“Hari ini, hari terakhir kita di asrama loh bang… pasti aku bakal kangen banget.”

“Besok kita udah pisah lagi bang, cepet banget ya masa. nggak sadar.”

“Ja, balik dulu ya. semoga lo bahagia juga hari ini. soalnya kita semua hari ini bahagia banget.”

“Dadah abang!” ujar Candra di akhir sebelum mereka benar-benar pergi dari makam Renjana. mungkin bisa jadi ini terakhir mereka bercengkrama seperti tadi. mungkin setelah ini mereka akan sibuk untuk urusan masing-masing. mungkin juga ini terakhir kalinya mereka berjumpa.

Karena tugas mereka sudah dinyatakan selesai hari ini.