299
Halaman rumah sakit kali ini begitu sejuk, hanya ada beberapa orang yang sama-sama menikmati udara pagi hari. Begitu pula dengan Juli yang sedang duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Hanya duduk, dengan tatapan yang lurus ke depan. “Lio!” panggilan dari seseorang membuatnya lantas menoleh, ia tersenyum kecil menatap raga wanita yang kini memakai bando merah muda sebagai penghias surainya. Cantik. “saya cariin daritadi, kaget saya waktu tahu kamu nggak ada di kamar,” cerocosnya sembari duduk di samping Juli.
“Kamu ngapain disini?”
“B-b-bo...se...n a-a...ja.” Aruna menolah, memperhatikan pria yang juga kaget dengan dirinya sendiri, “Lio? Kenapa?”
Juli menggeleng, ia juga tidak tahu mengapa ia berbicara gagap seperti itu. “Yaudah, tenang ya...kayaknya ini salah satu efek dari penyakit kamu.” Juli hanya mengangguk.
“R-run,” panggilnya.
“Ya?”
“Ma...nggil a...aja,” jawabnya dengan terkekeh. “Iseng banget, hahaha.” “Sa...ya ti...tip sahabat sa-ya ya...” Aruna mengernyit, “Hah? Buat apaan? Sahabat kamu udah pada gede kali.”
“Ba-dan-nya a...aja.” Aruna terkekeh, memang benar sih apa yang dibilang Juli, kedua pria yang sedari kemarin membantunya mengurus Juli hanya besar di badannya saja, sedangkan sifatnya masih terlalu kekanak-kanakan. “Ya memang kamu mau kemana sih, pakai titip mereka ke saya segala.”
“Pu...lang ke ru...mah.” Aruna mengangguk, “Maksudnya jagain mereka waktu di cafe biar nggak buat rusuh gitu?” Juli mengangguk.
“Eh udah mau hujan, masuk ya.” Juli mengangguk, membiarkan Aruna mendorong kursi rodanya.