289
“LIO!” teriak seorang anak perempuan dengan pita pink yang menghiasi. Berlari menuju kearah anak lelaki yang tengah merapikan dagangan kopinya yang hendak ia jajakan nanti siang.
“Una? Ada apa?” tanyanya. Gadis kecil itu tersenyum seraya mengeluarkan dua sapu tangan biru tosca dari tasnya. “Ini! mama tadi belikan ini untukku.”
Tangannya terjulur memberikan satu buah sapu tangan pada si lelaki yang tengah menatapnya dengan senyuman. “Apa?” tanyanya yang masih menatap tangan Aruna.
“Buat kamu.” Lelaki itu mengambil sapu tangan itu, “Terimakasih ya,” ucapnya, gadis itu hanya mengangguk. “Una,” pangiilnya lagi.
“Apa?”
Tangannya menunjuk satu luka gores pada lengan sang gadis, “Itu kenapa?”
“Oh... ini waktu itu aku di cakar Chiko!” ucapnya yang tiba-tiba menggebu-gebu. “Kok bisa?”
“Aku nggak sengaja injek ekornya dia, hehe.”
Tidak lama teriakan sang oma terdengar, membuat kedua anak yang tengah berbincang segera menghampiri asal suara, “Wah, Lio bawa apa itu?” tanya sang oma.
“Sapu tangan pemberian Una.” Sang oma mengambil alih kedua sapu tangan itu. “bagaimana kalau oma beri nama di setiap sapu tangan ini? biar nggak tertukar dengan sapu tangan lain.” Dengan semangat kedua anak itu mengangguk, “Mau diberi nama apa oma?”
Sang oma terlihat berpikir sebelum kembali tersenyum, “Bagaimana kalau... Liona?”