248
Kedai seafood lah yang menjadi tujuan dua insan itu yang sedaritadi sudah bertengkar perihal akan makan dimana. Juli yang malas bila makan ayam. Dan aruna yang tidak mau makan di restoran. Berakhirnya pada kedai seafood pinggir jalan yang cukup terkenal. Ketika malam kedai cukup ramai pengunjung, Juli memilih meja makan paling ujung agar tidak terlalu bising. Aruna mah ikut-ikut saja. Mereka memesan berbagai macam makanan laut kesukaan masing-masing.
“Nggak pesen ikan?” tanya Juli, Aruna menggeleng, “Bosen, di rumah Fhina dikasih ikan mulu.”
“Bersyukur dikasih makan.” Aruna menatap Juli jengkel. “udah tau.”
Jari Aruna ia ketuk-ketukan pada meja makan, kakinya tidak bisa diam, membuat Juli heran akan tingkah perempuan di depannya, “Kenapa?” Terlihat menimang-nimang, akhirnya Aruna memberanikan diri untuk bicara, “Dulu waktu ulang tahun oma, saya dengan kamu ngomongin Una gitu, katanya kamu lagi cari dia?”
Juli tertegun mendapati pertanyaan dari Aruna, tak berselang lama ia mengangguk, “Iya, dia teman kecil saya juga....” Juli menjeda ucapannya, “cinta pertama saya.” lanjutnya. Sekarang giliran Aruna yang membeku, ia tidak menyangka akan mendapat kenyataan seperti itu. “Emang dia kemana? Kok sampai di cari?”
“Hilang, waktu itu dia pergi mau keluar kota... tapi sampai sekarang nggak balik-balik lagi.”
Aruna hanya mengangguk-angguk, belum sempat ia menjawab, makanan pesanan mereka datang. Lantas dengan diam mereka menikmati makanan, sibuk pada makanannya masing-masing sampai pada akhirnya Juli tiba-tiba keluar dari kedai dan memuntahkan semua makanannya.
Aruna yang panik langsung berlari menghampiri, “Kenapa? Ada alergi ya?” Juli menggeleng, “Nggak kok, nggak ada.”
Sekarang mereka tengah berada di dalam mobil, dengan Aruna yang duduk di kursi pengemudi. “Masuk angin aja kali saya.”
“Siang nggak makan?” Juli mengangguk, “Makan kok.”
“Yaudah pulang aja, nanti saya kasih obat.”
“Iya, makasih Run.”
“Maaf jadi ngerepotin kamu,” ujar Juli yang tengah berbaring dengan Aruna yang masih sibuk merapikan obat-obatan yang tadi Juli minum. “Santai aja.”
“Yaudah, saya pulang ya... istirahat jangan macem-macem.” Juli terkekeh, “Emang saya mau ngapain lagi?”
“Yaudah-yaudah, bye.” Setelah itu pintu kamar Juli kembali ditutup, tak lama suara bising dari motor ojek online yang di pesan Aruna terdengar, tanda perempuan itu akan segera pergi.
Tak lama notifikasi masuk pada ponselnya, membuatnya terdiam sesaat.