178
Juli turun dengan langkah malasnya, ia menuruni tangga menemui sang oma yang sedari tadi memintanya membelikan bolu kesukaannya itu sedang berbincang dengan Aruna juga Juni dengan tawa gembira yang menghiasi obrolan mereka, membuat hati Juli menghangat barang sejenak.
Ia memperlambat langkahnya menemui ketiga perempuan yang sekarang selalu membuat hatinya hangat akan perlakuan mereka. Oma perempuan terkuat yang selalu ada di samping Juli, satu-satunya orang yang selalu ada di samping Juli dan Juni, perempuan yang rela menghabiskan waktunya untuk mengurus cucunya sedari kecil tanpa mengeluh sedikit pun. Juni, gadis kecil yang menjadi penyemangat hidup Juni setelah oma, menjadi alasan Juli untuk bertahan sampai sekarang, perempuan paling tabah akan hidupnya dan seluruh dunia harus tahu bahwa Juli teramat menyanyangi adiknya itu. Dan...
Aruna, wanita yang baru saja hadir di hidupnya namun bisa membuat dirinya nyaman bila dekat dengannya. Aruna seperti mempunyai daya tarik sendiri bagi dirinya. Entah hanya sementara ia akan bersama Aruna atau akan berlangsung lebih lama? Entah. Ia berharap untuk opsi yang paling baik bagi mereka.
“Nah, ini nih yang daritadi di omongin,” ucap Oma kala Juli sudah berada di hadapan mereka bertiga. Ia hanya menaikan satu alisnya bersamaan dengan pundaknya itu.
“Tumben banget oma, mintanya buru-buru? Biasanya nanti-nantian juga nggak apa.”
“Emang nggak boleh? Toh kamu juga nganggur,” timpal Oma.
“Aku lagi bersihin kamar tuh,” jawab Juli tak mau kalah, Aruna yang mendengar perdebatan kecil antara nenek dan cucunya hanya terkekeh pelan melihatnya. “Udah sana, beliin oma kue yang biasa itu.”
Dengan malas Juli berjalan ke lemari yang menjadi sekat antara ruang keluarga dengan meja makan, mengambil kunci mobilnya dan berjalan kembali ke tempat dimana omanya sedang memperhatikannya dari jauh. “Pergi dulu ya oma,”
“Iya hati-hati, jangan kelamaan. Nanti kuenya nggak keburu oma makan.” Juli lantas menoleh kembali pada omanya, “Emang mau kemana deh?”
“Tidur.”
“Yah, kalau itu mah, sore juga masih bisa makan.”
“Udah sana beli,” usir Oma. Setelahnya suara mobil Juli terdengar meninggalkan pekarangan rumahnya.