145

“Juni di belakang ya, biar kakinya dilurusin oke?” ujar Juli ketika mereka sudah berada tepat di depan mobil, Juni hanya mengangguk menanggapi perkataan kakaknya.

Setelah semua barang masuk mobil, mereka segera pergi menuju rumah Aruna. Rumah Arua ternyata tidak terlalu jauh dari yang dibayangkan Juli, hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai kesana. Dilihatnya perempuan berambut panjang tengah menunggu di depan gerbang seraya memainkan ponselnya itu.

Diberhentikannya mobil tepat di depan perempuan itu seraya menurunkan kaca jendelanya.

“Naik,” ujar Juli setelah mata mereka saling bertemu, dengan gugup Aruna segera masuk ke kursi penumpang membuat Juli berdecak kesal, “emang saya supir kamu?” Aruna menggeleng cepat. “duduk depan,” titah Juli. Membuat Juni yang memperhatikan dua tingkah orang dewasa di depannya dengan kekehan kecil.

“Pak ini kita berapa hari di Yogyakarta?” tanya Aruna ketika mereka sudah berada di setengah perjalanan. “Lima hari.” Aruna hanya mengangguk-angguk paham. “Kamu bawa baju cukup kan?”

“Iya.”

Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu hampir lima belas jam. Mereka sampai pada rumah bercat biru muda dengan halaman yang cukup luas di depannya. Tidak lama kemudian keluar seorang wanita yang cukup tua dari rumah dengan wajah penuh akan senyuman.

“Oma!” panggil Juli setelah menutup pintu mobilnya, sedangkan Aruna berdiri tepat di belakang Juli melihat lelaki itu dengan cepat memeluk tubuh sang oma yang berbalut daster hitam. Membuat sedikit senyum terbit pada wajahnya. Tidak lama kemudian Juli kembali ke mobil, menurunkan Juni yang sudah cemberut akibat ditinggal. “Hehe, maaf ya.”

Setelahnya mereka masuk ke dalam rumah yang sederhana namun sangat nyaman bagi Aruna. “Udah, biar Juli aja yang masukin tas-tasnya, sini kamu duduk sama oma aja ya,” ucap Oma seraya meraih tangan Aruna untuk mengajaknya duduk tepat di sampingnya. “Nama kamu siapa? Oma sampai lupa nanya,” tanya oma seraya terkekeh kecil.

Aruna tersenyum, “Aruna oma.”

“Yang langgeng ya sama Juli, oma kaget banget dia beneran ngajak perempuan kesini haha.” Aruna hanya mengangguk kecil dengan senyuman yang sedikit di paksakan, Juli yang melihat adegan tadi hanya bisa menahan tawanya ketika melihat wajah tertekan Aruna saat di hadiahi banyak pertanyaan oleh oma. “Iya oma.”