12O
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, ia dan Juli sampai pada rumah bercat putih dengan beberapa bunga hias sebagai penambah keasrian sehingga semakin enak dipandang.
“Yuk turun.” Aruna sedikit ragu untuk turun. “Di dalam ada orang lain kok, lagi juga siapa juga yang mau macem-macem.” Aruna hanya memutar bola matanya malas, wanita itu lantas turun dari mobil sedan biru dongker milik bosnya itu. Mengikuti arah jalan Juli menuju pintu utama, mengamati lelaki bertubuh lebih tinggi darinya itu membuka pintunya sendiri.
“Assalamualaikum,” ujar Juli setelah pintu sudah terbuka. tidak ada jawaban sampai terdengar suara grasak-grusuk dari arah dapur. Juli tersenyum lebih lebar kala seorang yang menjadi penyebab keributan di dapur sudah berada di hadapannya sekarang.
lelaki itu dengan cepat berjalan untuk memeluk seorang gadis yang usianya cukup muda dalam penglihatan Aruna. “Kamu ngapain di dapur?” tanya Juli setelah melepas pelukannya dari Juni seraya mengusap lembut surai hitam adiknya itu.
Yang ditanya hanya menggeleng. Juli segera bangkit dari jongkoknya, “Run, sini,” panggilnya pada Aruna yang masih diam di depan pintu. Wanita itu sedikit terkejut akan panggilan dadakan dari Juli. Wanita itu dengan cepat menghampiri Juli yang sudah berada di ruang tamu rumahnya.
“Kenalin ini Juni, adik saya,” Aruna kemudian tersenyum lebar, tanganya ia julurkan pada Juni yang berada di kursi rodanya. “Hai, Juni aku Aruna,” ujarnya dengan nada yang begitu ramah di telinga Juni. Gadis itu hanya menjabat tangan Aruna seraya tersenyum lebar. Memunculkan raut bingung Aruna.
“Dia tuna wicara Aruna.” Ucapan Juli membuat Aruna kaget bukan main. Pasalnya ia daritadi memperhatikan Juni seakan mengerti apa yang ia dan Juli ucapkan. “tapi dia bisa mendengar dengan baik, hanya tidak bisa mengeluarkan suara.”
Juni yang mendengarnya hanya bisa tersenyum seraya mengeluarkan sebuah notes kecil yang berada pada saku bajunya. Menuliskan sesuatu lalu diberikan kepada Aruna.
halo kak, salam kenal ya^^
Aruna mengangguk, “Salam kenal juga sayang.” Juni mengangguk lalu kembali menulis sesuatu lagi di notes kecilnya itu.
kakak cantik, semoga beneran pacaran sama kak Juli ya, hehehehehe.
Kali ini Aruna hanya diam, tidak menjawab apapun, berbanding terbalik dengan Juli yang langsung menjawab tulisan adiknya itu, “Wus, jangan ngawur.”